Monday 9 January 2017

Gowes pedesaan ke talang air, Windusari. 11 Sept 2016.

Gowes kali ini kami bertiga sekali lagi blusukan ke desa-desa. Kami berkumpul di depan mini market di Kupatan, Kota Magelang. Setelah itu kami pun start melaju ke arah barat sampai di jembatan Kali Bening untuk kemudian belok kanan ke utara menyusuri sepanjang Kali Bening hingga sampai di perempatan yang biasa dilalui truk-truk besar pengangkut batu-batuan. Memang di dekat situ terdapat kantor atau pabrik pengolah batu-batu kali menjadi batuan kecil, yang kalau tidak salah namanya batu split. Entahlah, saya tidak begitu paham soal ini.
Menyusuri sepanjang Kali Bening.


Setiba di perempatan ini kami berbelok ke kiri menuju jembatan Kali Progo yang menuju Desa Sampang, Kecamatan Windusari. Jembatan ini sangat sempit. Bahkan pengguna pun harus antri apabila berpapasan satu sama lain. Jadi salah satu harus menunggu di ujung jembatan sementara penyeberang yang lain selesai melewatinya.
Yoga, Adi dan saya.

Jembatan Kali Progo yang menuju Desa Sampang.
Selesai menyeberang jembatan barulah petualangan dimulai. Kami disuguhi jalan sempit yang hanya cukup untuk dua motor berpapasan, namun semakin masuk ke dalam desa jalanan justru semakin lebar, di sini mobil bisa melewatinya, tentu tidak menggunakan jembatan yang tadi, tapi harus memutari desa lewat jalan lain.

Rute yang kami lalui ini benar-benar menguras tenaga. Tanjakan curam seolah tiada habisnya ketika kami menuju telang air atau saluran irigasi tujuan kami. Kami terus saja mengayuh sepeda di mana ketika menjumpai jalan datar sesekali kami berhenti instirahat sebentar untuk memulihkan detak jantung agar nafas tidak ngos-ngosan lagi. Kami sampai di permukiman warga yang menandakan talang air tersebut sudah dekat. Benar saja tak berapa lama kami pun tiba di lokasi. Akhirnya, bisa istirahat lagi sekaligus bersesi foto.

Oiya, saluran irigasi ini terletak di Desa Gondangrejo, Windusari, Kab. Magelang. Untuk mengetahui lokasi secara lebih tepat silakan klik di sini.

Setelah puas ngaso dan berfoto ria kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Ternyata trek yang dilalui selanjutnya masih menyuguhkan beberapa tanjakan yang tidak sejahat tanjakan-tanjakan sebelumnya dan harus kami lewati pula, lha mau bagaimana lagi, masa harus balik kanan grak? Yo wis lah, ora popo, wong uwis diniati pit-pitan..

Setiba di jalan aspal penghubung Payaman dan Windusari kami belok ke kanan menuju Payaman. Nah mulai dari sini turunan panjang sudah menanti sebagai bonusnya. Lumayan lah, di salah satu titik di turunan ini saya dapat mencatat kecepatan sekitar 45 km/jam, sangat ngebut untuk ukuran sepeda.

Kami sampai di jembatan Trinil Kali Progo. Sekali lagi kami berhenti untuk berfoto. Setelah berselfie kami masuk ke salah satu warung makan untuk mengisi perut. Sayang di warung ini tidak sempat berfoto karena begitu laparnya jadi lupa motret. Next time saja lah kalau ada kesempatan lagi.
Jembatan Trinil lawas yang sudah tidak terpakai karena ambrol. Sekarang digunakan untuk mancing ikan dan sekedar nongkrong.

Ini jembatan Trinil yang baru.



No comments:

Post a Comment