Saturday 21 January 2017

Gowes Ban Bocor. 13 Nov 2016.


Seperti biasa, hari Minggu pagi itu kami bersepeda ria.. Lha piye maneh, isone mung pit-pitan..
Seperti biasa, kami ngumpul di SPBU Menowo, Kota Magelang.
Seperti biasa, kalau ngumpul di sini kami melaju ke arah selatan.

Kayuhan pedal pelan namun pasti membawa kami menuju Canguk, di situ kami lanjut hingga melewati jembatan Kali Elo. Setelah jembatan tersebut kami belok kiri menuju desa yang aku lupa namanya, yang jelas untuk menuju desa itu ada papan nama sedia onderdil mobil.

Memasuki desa ini sebuah turunan dan tanjakan yang cukup curam sudah menanti. Di sini aku salah mengoper gigi depan, sehingga rantai lepas masuk antara chainring dan seat tube. Mau tak mau aku pun turun sebentar persis sebelum mulai tanjakan, untuk membetulkan posisi rantai tersebut.

Selepas tanjakan itu ternyata trek relatif datar, jadinya kami bisa mengayuh dengan santai, sekaligus untuk memulihkan nafas. Kebetulan kami berjumpa dengan seorang petani yang sedang bekerja mengendali kuda supaya baik jalannya di sawah. Kami pun berhenti sekedar silaturahmi...

Sok akrab ngobrol dengan petani, padal yo kesel bar ngepit munggah tanjakan.
Depan: Yoga, belakang ki-ka: Doni, aku, Dafa (anake Doni), Didit. 


Setelah itu, lanjut gowes menelusuri jalan yang telah terbentang menuju suatu desa. Nah, di sini terdapat satu trek jalanan berbatu yang menjadi siksaan bagi penulis. Aku memakai fork depan rigid/kaku, jadinya tertinggal jauh dari teman-teman yang memakai fork depan suspensi. Fork rigid memang bagus untuk jalan halus atau aspal karena bisa 'membawa' sepeda enteng melaju, tapi untuk jalan berbatu harus pelan-pelan, mau nekat digowes ngebut bisa-bisa hancur sepeda ini. Dan yang jelas tangan jadi pegel banget.

Trek berbatu ini yang memaksaku tertinggal jauh.

Jalan itu membawa kami hingga ke jalan Klopo-Sindas. Alhamdulillah, jalan aspal.. Kami belok kiri menuju arah Sindas, tapi di tengah jalan Yoga mengajak balik arah karena rutenya dirasa terlalu dekat. Kurang jauh bro... Yo wis, kami balik arah melanjutkan perjalanan hingga singgah di salah satu teras rumah warga. Di sini kami hanya ngaso sebentar, sekedar menghilangkan haus dan makan snack seadanya.

Ngaso sebentar sambil mengisi perut, jajan snack dan minum



Perjalanan diteruskan melewati Pondok Pesantren An-Najach yang ternyata sedang mengadakan pengajian. Banyak sekali yang hadir di situ hingga jalanan menjadi sempit karena banyaknya kendaraan tamu yang parkir di pinggir jalan dan para pedagang dadakan, baik itu penjaja makanan, baju, tas, dompet dan ikat pinggang.

Sampai di suatu pertigaan kami belok kiri. Di situ ada satu tanjakan yang lumayan menguras tenaga, apalagi kami belum sarapan dari rumah. Aku tahu ada warung soto di sekitar situ, aku pun mengajak semuanya mampir untuk mengisi perut.

Warung Soto Kwali. Lumayan enak, silakan dicoba jika Anda melewatinya.

Setelah kenyang dan energi sudah pulih, kami melanjutkan perjalanan pulang. Tujuan selanjutnya adalah daerah Pucang. Setiba di Tugu Pucang kami belok kiri menuju Sindas. Rupanya aku sedang apes saat itu. Ban sepedaku tiba-tiba kempes, rupaya ban dalam yang bermasalah, bolong... Akupun menuntun sepeda hingga ketemu tukang tambal ban. Untungnya jalanan yang dulalui turun landai, jadi menuntun sepeda sejauh kira-kira 200 m tidak melelahkan.

Nambal ban dulu.

Ada sedikit cerita unik di kios tambal ban itu. Setelah ban beres dibenahi, maka ban dalam pun diisi angin kembali. Aku meminta diisi hingga tekanan angin mencapai 70-75 psi. Bapak tambal ban sepertinya tidak percaya sambil bilang biasanya ban mobil 30an psi, masa iya ban sepeda bisa segitu. Oalah pak, itu saja sudah aku kurangi tekanannya, lha wong biasanya aku isi hingga 80 psi dari maksimal 85 psi.

Catatan perjalanan kali ini.

Monday 9 January 2017

Gowes pedesaan ke talang air, Windusari. 11 Sept 2016.

Gowes kali ini kami bertiga sekali lagi blusukan ke desa-desa. Kami berkumpul di depan mini market di Kupatan, Kota Magelang. Setelah itu kami pun start melaju ke arah barat sampai di jembatan Kali Bening untuk kemudian belok kanan ke utara menyusuri sepanjang Kali Bening hingga sampai di perempatan yang biasa dilalui truk-truk besar pengangkut batu-batuan. Memang di dekat situ terdapat kantor atau pabrik pengolah batu-batu kali menjadi batuan kecil, yang kalau tidak salah namanya batu split. Entahlah, saya tidak begitu paham soal ini.
Menyusuri sepanjang Kali Bening.


Setiba di perempatan ini kami berbelok ke kiri menuju jembatan Kali Progo yang menuju Desa Sampang, Kecamatan Windusari. Jembatan ini sangat sempit. Bahkan pengguna pun harus antri apabila berpapasan satu sama lain. Jadi salah satu harus menunggu di ujung jembatan sementara penyeberang yang lain selesai melewatinya.
Yoga, Adi dan saya.

Jembatan Kali Progo yang menuju Desa Sampang.
Selesai menyeberang jembatan barulah petualangan dimulai. Kami disuguhi jalan sempit yang hanya cukup untuk dua motor berpapasan, namun semakin masuk ke dalam desa jalanan justru semakin lebar, di sini mobil bisa melewatinya, tentu tidak menggunakan jembatan yang tadi, tapi harus memutari desa lewat jalan lain.

Rute yang kami lalui ini benar-benar menguras tenaga. Tanjakan curam seolah tiada habisnya ketika kami menuju telang air atau saluran irigasi tujuan kami. Kami terus saja mengayuh sepeda di mana ketika menjumpai jalan datar sesekali kami berhenti instirahat sebentar untuk memulihkan detak jantung agar nafas tidak ngos-ngosan lagi. Kami sampai di permukiman warga yang menandakan talang air tersebut sudah dekat. Benar saja tak berapa lama kami pun tiba di lokasi. Akhirnya, bisa istirahat lagi sekaligus bersesi foto.

Oiya, saluran irigasi ini terletak di Desa Gondangrejo, Windusari, Kab. Magelang. Untuk mengetahui lokasi secara lebih tepat silakan klik di sini.

Setelah puas ngaso dan berfoto ria kami pun melanjutkan perjalanan lagi. Ternyata trek yang dilalui selanjutnya masih menyuguhkan beberapa tanjakan yang tidak sejahat tanjakan-tanjakan sebelumnya dan harus kami lewati pula, lha mau bagaimana lagi, masa harus balik kanan grak? Yo wis lah, ora popo, wong uwis diniati pit-pitan..

Setiba di jalan aspal penghubung Payaman dan Windusari kami belok ke kanan menuju Payaman. Nah mulai dari sini turunan panjang sudah menanti sebagai bonusnya. Lumayan lah, di salah satu titik di turunan ini saya dapat mencatat kecepatan sekitar 45 km/jam, sangat ngebut untuk ukuran sepeda.

Kami sampai di jembatan Trinil Kali Progo. Sekali lagi kami berhenti untuk berfoto. Setelah berselfie kami masuk ke salah satu warung makan untuk mengisi perut. Sayang di warung ini tidak sempat berfoto karena begitu laparnya jadi lupa motret. Next time saja lah kalau ada kesempatan lagi.
Jembatan Trinil lawas yang sudah tidak terpakai karena ambrol. Sekarang digunakan untuk mancing ikan dan sekedar nongkrong.

Ini jembatan Trinil yang baru.



Friday 6 January 2017

Gowes Kali Progo dan Plikon, 8 Feb 2016



Desa, desa dan desa... Iya, betul. Ini adalah gowes lewat pedesaan seperti biasanya. Kali ini kami berlima; Yusuf, Noor, Nabdo, Yoga dan penulis.

Titik kumpul kami sepakati di salah satu minimarket di area Kupatan, Magelang. Kemudian kami melaju ke arah barat menuju jembatan Kali Progo desa Ngembik. Terus saja kami melewati pedesaan dan sawah-sawah dengan variasi jalan yang berbeda, baik jalan tanah atau berbatu, baik tanjakan atau turunan. Semua itu sepertinya selalu menemani perjalanan ini. Kami pun beberapa kali istirahat untuk memulihkan tenaga, maklum, tanjakannya lumayan curam.
Titik start. Tampak Yusuf sedang mengecek sepeda Noor (memakai helm).

Narsis di atas jembatan Kali Progo, Ngembik.

Persawahan seperti ini lho yang bikin kami senang gowes...

Numpang narsis sekaligus istirahat di salah satu rumah warga.

Nabdo sukses melewati tanjakan Meteseh yang terkenal curam.

Gowes ke Taman Kali Progo, 3 Jan 2016

Yesss... Ini adalah gowes awal tahun 2016, iya, dua ribu enam belas, tapi baru sempat diunggah di blog ini di awal tahun 2017, iya, dua ribu tujuh belas.

Sekali lagi ini adalah gowes jarak dekat tapi berkeringat dan kami pun sehat. Kita berempat; Yoga, Prast, Yusuf dan saya. Rute yang disepakati adalah gowes ke Taman Kali Progo yang sudah masuk wilayah Temanggung.
Ki-ka: Prast, Yoga, saya dan Yusuf.
Salah satu fasilitas di taman. Lahan parkir khusus sepeda.


Jalan tanah yang becek tetap penulis lalui meski memakai ban aspal.

TTB alias tuntun bike.


Ini juga TTB

Gowes ke Mbengkal, Temanggung. 4 Oktober 2015

Gowes tipis-tipis, alias jarak dekat. It's okay yang penting gembira dan sehat. Gowes kali ini kami cuma bertiga; Yusuf, Rijal dan penulis sendiri. Rute yang dilewati adalah area persawahan, pedesaan dan jalan raya. Secara pribadi penulis memang lebih suka bersepeda di pedesaan atau pinggiran sawah dan kali. Suasanya masih lebih alami dan tentu tidak bising seperti jalan raya.
Berhenti sebentar motret sawah dan gunung.


Pemandangan bagus di atas desa.. Kalau tidak salah namanya Desa Jurang

Tanya jalan ke warga setempat.

Narsis di bawah saluran irigasi jaman kumpeni. Lokasi di belakang perumahan Pondok Asri 2, Payaman, Magelang.


Gowes ke Blabak 2 Agustus 2015

Rute Gowes
Acara sepedaan kali ini penulis tidak bersama teman-teman Ngepit Ulala dikarenakan masing-masing ada kesibukan. Penulispun tidak tahu mau gowes ke mana. Akhirnya diputuskan mampir ke Kampung Paten Gunung, di mana beberapa teman goweser ada yang berdomisili di sini, tergabung dalam klub Paten Gunung Cycling Club kalau tidak salah itu namanya.

Sesampainya di lokasi teman-teman Paten Gunung sudah bersiap-siap, antara lain Pak Tono, Pak Iwan, Bu Mus, Bu Ngatmi dan Mbak Dika. Rupaya mereka berencana gowes ke arah Rambeanak. Yo wis lah, penulis manut saja, lha wong cuma tamu numpang gowes kok, daripada gowes dewean ga seru..

Secara umum gowes ini berjalan sangat lancar, tidak ada halangan apapun, hanya cuaca yang lumayan terik membuat penulis harus sering menenggak minum..

Rute yang dilalui penulis adalah seperti berikut ini:
Berangkat: Payaman - Pasar - Paten Gunung - Kiringan - Artos - Seminari - Pandansari - Tanjung - Mungkid - Candi Mendut - Rambeanak - Blabak - istirahat di warung bakso di Japunan
Pulang: Paten Gunung - Bayeman - Payaman

Dari kiri - kanan: Bu Mus, Bu Ngatmi, Mbak Dika, Pak Iwan dan penulis. Pak Tono tidak tampak...

Total jarak yang ditempuh penulis. Di cyclo comp tercatat 58,16 km, sedang di aplikasi 56,77 km. Terdapat selisih di antara keduanya. Cyclo comp mencatat jarak, waktu tempuh, kecepatan, dsb berdasar putaran roda sepeda. Aplikasi di hp mencatat berdasarkan data GPS.